Diabetes Melitus

Definisi
Penyakit diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan gejala hiperglikemi yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, gangguan kerja insulin, atau keduanya.

Etiologi
Etiologi DM bisa bermacam-macam, tetapi pada akhirnya mengarah kepada 2 hal berikut ini :
1. Insufisiensi dan resistensi insulin.
2. Determinan genetik.
Faktor resiko DM yang berubah secara epidemilogik antara lain :
1. Bertambahnya usia
2. Lebih banyak dan lebih lama obesitas
3. Distribusi lemak tubuh
4. Kurang aktivitas jasmani
5. Hiperinsulinemia.

Klasifikasi
1. Type 1 (Diabetes mellitus tergantung insulin)
Keadaan dimana terjadi defisiensi insulin absolut setelah sel β pancreas dihancurkan oleh proses autoimun pada orang-orang yang mempunyai predisposisi secara genetis.
2. Type 2 (Diabetes mellitus tidak tergantung insulin)
Penyakit ini sering ditemukan pada usia menengah dan manula diakibatkan terutama oleh resistensi terhadap kerja insulin di jaringan perifer. Walaupn pada tahap lanjut dapat terjadi defisiensi insulin, namun tidak ditemukan defisiensi absolute insulin.
3. Diabetes Melitus tipe lain
• Defek genetic fungsi sel beta
o kromosom 12 HNF 1α
o kromosom 7, glukokinase
o kromosom 20 HNF 4α
o kromosom 13, insulin promoter factor 1
o kromosom 17 HNF 1β
o kromosom 2 neuro D
o DNA mitokondria
• Defek genetic kerja insulin : resistensi insulin tipe A, leprecahunism, sindrom Rabson Medenhall, diabetes lipoatrofik
• Penyakit eksokrin pancreas : pankreatitis, trauma pancreas, neoplasma, fibrosis kistik pankreatopati, fibrokalkulus.
• Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromatositoma, hipertiroidisme, aldosteronoma.
• Obat/zat kimia : Asam nicotinat, hormone tiroid dan glukokortikoid.
• Infeksi : rubella congenital dan CMV
• Imunologi : sindrom anti reseptor insulin
• Sindrom genetic lainnya
4. Diabetes Kehamilan.

Patofisiologi
Diabetes type 2 ditandai dengan kelainan sekresi insulin, serta kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan tertentu, kemudian terjadi reaksi interseluler yang menyebabkan mobilisasi pembawa GLUT 4 glukosa dan meningkatkan transport glukosa menembus membrane sel.
Pada pasien-pasien dngan diabetes tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Kelainan ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada membrane sel yang selnya responsive terhadap insulin atau akbat ketidaknormalan reseptor insulin intrinsic. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan system reseptor glukosa. Ketidaknormalan ini dapat mengganggu kerja insulin. Pada akhinya, timbul kegagalan sel β dengan menurunnya jumlah insulin yang beredar dan tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikema.

Gejala Klinis
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian dalam Soegondo dkk (2002) ialah :
o Keluhan Klasik
1. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah tanpa sebab yang jelas
2. Banyak kencing (poliuria)
3. Banyak minum (polidipsia)
4. Banyak makan (polifagia)
o Keluhan Lain
1. Gangguan saraf tepi / kesemutan
2. Gangguan penglihatan (kabur)
3. Gatal / bisul yang hilang timbul
4. Gangguan Ereksi
5. Keputihan
6. Gatal daerah genital
7. Infeksi sulit sembuh
8. Cepat Lelah
9. Mudah mengantuk

Diagnosa
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada pasien diabetes. Kecurigaan adanya diabetes melitus perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik diabetes mellitus seperti tersebut di bawah ini :
 Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, poliphagi dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
 Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada wanita.
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara
 Pertama jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan DM.
 Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl juga di gunakan untuk patokan DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan darah yang baru saja satu kali abnormal belum cukup kuat untuk mendiagnosa DM, tapi perlu pemeriksaan selanjutnya dengan mendapat nilai abnormal satu kali lagi.
 Kedua dengan Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥ 200 mg/dl, meskipun TTGO dengan beban 75 gram glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa darah puasa, namun memiliki keterbatasan tersendiri. Cara pelaksanaan TTGO menurut WHO (1994) yaitu :
- 3 hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa.
- Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
- Diperiksa kadar gula darah puasa
- Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/KgBB (anak-anak) dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit
- Diperiksa kadar gula darah 2 jam sesudah beban glukosa
- Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.

Pencegahan
Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes ada 3 jenis :
1. Pencegahan primer
Semua aktivitas yang ditujukan untuk pencegah timbulnya hiperglikemi pada individu yang beresiko untuk pencegah timbulnya hiperglikemi pada individu yang beresiko untuk terjadinya diabetes.
2. Pencegahan sekunder
Menemukan pengidap DM sedini mugkin, misalnya dengan tes penyaringan terutama pada polpulai risiko tinggi.
3. Pencegahan tersier
Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi itu. Usaha ini meliputi :
a. Mencegah timbulnya komplikasi
b. Mencegah progresi dari pada komplikasi itu supaya tidak menjadi kegagalan organ
c. Mencegah kecacatan
Pengelolaan DM dimulai dengan terapi gizi medis dan latihan jasmani selama 2-4 minggu. Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Penatalaksanaan DM didasarkan pada 4 pilar, yaitu
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku terbentuk dengan mapan. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tetang :
• Perjalanan penyakit DM
• Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
• Penyulit DM dan resikonya
• Intervensi farmaologis dan non farmakologis serta target perawatan
• Interaksi antar asupan makanan, aktivitas fisik, dan obathipoglikemi oral atau insulin serta obat-obatan lain
• Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri
• Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau hipoglikemia
• Pentingnya latihan jasmani yang teratur
• Masalah khusus yang dihadapi (mis : hiperglikemia pada masa kehamilan)
• Pentingnya perawatan diri
• Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
2. Terapi Gizi Medis
Prinsip pengaturan makan pada diabetisi hampir sama dengan anjuran makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Hal yang perlu ditekankan pada diabetisi, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin adalah :
• Jadwal makan
• Jenis makanan
• Jumlah makanan
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari :
a. Karbohidrat (45-65% total asupan energi)
b. Lemak (20-25% total asupan energi)
c. Protein (15-20% total asupan energi)
d. Garam (tidak lebih dari 3000 mg)
e. Serat ( ±25 gr/hari)
3. Latihan jasmani
Selain untuk menjaga kebugaran, latihan jasmani juga dapat menurunkan berat badan dan membperbaiki sensitifitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
4. Intervensi farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan TGM dan latihan jasmani
a. Obat Hipoglikemi Oral
Ada 4 golongan :
• Pemicu sekresi insulin : sulfonylurea dan glinid
• Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindion
• Penghambat glukoneogenesis
• Penghambat absorbsi glukosa (penghambat glukosidase alfa)
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
• Penurunan berat badan yang cepat
• Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
• Ketoasidosis diabetic
• Hiperglikemia hiperosmolaritas non ketotik
• Hiperglikemia dengan asidoss laktat
• Gagal dengan kombinasi obat anti diabetik dosis hampir maksimal
• Stress berat
• Kehamilan dengan DM gestasional yang tidak terkendali dengan TGM
• Gangguan fungsi hati yang berat
• Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Insulin diklasifikasikan sebagai
• Insulin kerja cepat
• Insulin kerja pendek
• Insulin kerja menengah
• Insulin kerja panjang
• Insulin campuran tetap

Komplikasi
Komplikasi DM dapat dibagi menjadi 2 kategori mayor, yaitu :
1. Komplikasi metabolik akut
Komplikasi ini disebabkan oleh perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi yang paling serius pada diabetes type 1 adalah ketoasidosis diabetic. Komplikasi metabolik akut lain dari diabetes yang sering terjadi pada diabetes type 2 yang lebih tua adalah Hiperglikemia, hiperosmolaritas, koma non ketotik.
2. Komplikasi-komplikasi vaskuler jangka panjang.
Komplikasi vaskuler jangka panjang dari diabetes mellitus melibatkan pembuluh-pembuluh kecil (mikroangiopati) dan pembuluh-pembuluh dasar besar (makroangiopati).

berbagai sumber

0 komentar: