MALARIA

malaria - Gambar Google_1249535072263 A. DEFINISI

Adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Dapat berlangsung akut maupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.

B. ETIOLOGI

Penyebab infeksi malaria adalah p;asmodium, termasuk dari genus plasmodium dari famili plasmodidae. Plasmodium ini pada manusian menginfeksi eritrosit dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan eritrosit. Pembiakan seksual pada nyamuk yaitu anopheles betina.

C. EPIDEMIOLOGI

Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika (bagian selatan), daerah Oceania, dan Kepulauan Karibia. Beberapa negara yang bebas dari malaria antara lain Amerika Serikat, Kanada, negara di Eropa (kecuali Rusia), Israel, Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, Brunei, dan Australia. Negara-negara tersebut dapat terhindar dari malaria karena vektor kontrolnya yang baik.

Di Indonesia, parasit malaria yang banyak dijumpai adalah plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana (Benign Malaria) dan plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika (Maligna Malaria). Plasmodium malariae juga pernah dijumpai tetapi sangat jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkan dijumpai di Irian Jaya, pulau Timor, dan pulau Owi (utara Irian Jaya).

Endemisitas suatu daerah dan pola klinis penyakit malaria akan berbeda. Hal ini ditentukan oleh tingginya side positive rate(SPR). Secara tradisi endemisitas suatu daerah dibagi menjadi 4 :

1. Hipoendemik : bila parasit rate atau spleen rate 0 - 10 %

2. Mesoendemik : bila parasit rate atau spleen rate 10 – 50 %

3. Hiperendemik : bila parasit rate atau spleen rate 50 – 75 %

4. Holoendemik : bila parasit rate atau spleen rate > 75 %

Parasite rate dan spleen rate ditentukan pada pemeriksaan anak-anak usia 2 – 9 tahun. Pada daerah holoendemik banyak penderita anak-anak dengan anemia berat, pada daerah hiperendemik dan mesoendemik banyak malaria serebral pada usia anak-anak (2-10 tahun), sedangkan pada daerah hipoendemik/daerah yang tidak stabil banyak dijumpai malaria serebral, malaria dengan gangguan fungsi hati atau gangguan fungsi ginjal pada usia dewasa.

D. KLASIFIKASI

Plasmodium

Masa inkubasi (hari)

Tipe panas (jam)

Relaps

Recrudensi

Manifestasi klinik

Falciparum

 

 

 

 

Vivax

 

Ovale

Malariae

12 (9-14)

 

 

 

 

13 (12-17)12 bulan

17 (16-18)

12 (18-40)

24,36,48

 

 

 

 

48

 

48

72

--

 

 

 

 

++

 

++

--

+

 

 

 

 

--

 

--

+

Gejala gastrointestinal; hemolisis; anemia;ikterus; hemoglobinuria; syok; algid malaria; gejala serebral; edema paru; hipoglikemi; gangguan kehamilan; kelainan retina; kematian

Anemia kronik; spenomegali rupture limpa

Sama dengan vivak

Recrudensi sampai 50 tahun; splenomegali menetap; limpa jarang rupture; syndron nefrotik

E. PATOGENESIS

Infeksi parasit malaria pada manusia dimulai bila nyamuk anopheles betina menggigit manusia dan nyamuk akan melepaskan sporozoit ke dalam pembuluh darah dimana sebagian besar dalam waktu 45 menit akan menuju ke hati dan sebagian kecil sisanya akan mati dalam darah. Didalam sel parenkim hati, mulailah perkembangan aseksual (intrahepatic schizogony). Perkembangan ini memerlukan waktu 5,5 hari untuk plasmodium falciparum dan waktu 15 hari untuk plasmodium malariae. Pada P.vivax dan P.ovale, sebagian parasit dalam sel hati membentuk hipnozoit yang dapat bertahan sampai bertahun-tahun, dan bentuk ini yang akan menyebabkan relaps pada malaria.

Setelah berada dalam sirkulasi darah merozoit akan menyerang eritrosit dan masuk melalui reseptor permukaan eritrosit. Pada P.vivax, reseptor ini akan berhubungan dengan faktor antigen Duffy Fya atau Fyb. Hal ini menyebabkan individu dengan golongan darah Duffy negatif tidak terinfeksi malaria vivax. Reseptor untuk P.falciparum diduga suatu glycophorins, sedangkan pada P.malariae dan P.ovale belum diketahui. Dalam waktu kurang dari 12 jam, parasit berubah menjadi bentuk ring, pada P.falciparum berubah menjadi stereo-headphones, yang mengandung kromatin dalam intinya yang dikelilingi oleh sitoplasma. Parasit tumbuh setelah memakan hemoglobin dan dalam membentuk pigmen yang disebut hemozoin yang dapat dilihat secara mikroskopik. Eritrosit yang berparasit menjadi lebih elastik dan dinding berubah lonjong. Pada P.falciparum, dinding eritrosit membentuk tonjolan yang disebut knob yang pada nantinya penting dalam proses cytoadherens dan rosetting.

Setelah 36 jam invasi ke dalam eritrosit, parasit berubah menjadi sizont, dan bila sizont pecah akan mengeluarkan 6-36 merozoit dan siap menginfeksi eritrosit yang lain. Siklus aseksual ini pada P.falciparum, P.vivax, dan P.ovale adalah 48 jam dan pada P.malariae adalah 72 jam.

Didalam darah sebagian parasit akan membentuk gamet jantan dan betina, bila nyamuk menghisap darah manusia yang sakit akan terjadi siklus seksual dalam tubuh nyamuk. Setelah terjadi perkawinan akan terbentuk zygote dan menjadi lebih bergerak menjadi ookinet yang menembus dinding perut nyamuk dan akhirnya akan membentuk oocyt yang akan menjadi masak dan akan mengeluarkan sporozoit yang akan bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk dan siap menginfeksi manusia.

F. DIAGNOSIS

Diagnosis malaria didasarkan pada gejala dan tanda klinis, ditemukannya parasit (plasmodium) didalam darah penderita.

Gejala dan tanda klinis malaria adalah :

1. Anamnesis

Pada anamnesis sangat penting diperhatikan adalah

  • Gejala klasik yang menjadi Trias Malaria secara berurutan :

a. Periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil, seluruh badan gemetar dan gigi sering terantuk diikuti meningkatnya temperatur.

b. Periode panas : penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi bebrapa jam diikuti dengan keadaan berkeringat.

c. Periode berkeringat : penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita merasa sehat.

  • Sering disertai sakit kepala, mual dan atau muntah
  • Kadang-kadang diare dan nyeri otot atau pegal-pegal pada orang dewasa
  • Riwayat berpergian dan bermalam 1 – 4 minggu yang lalu ke daerah malaria (masa inkubasi)
  • Tinggal dan berdomisili di daerah endemis malaria
  • Pernah menderita malaria
  • Riwayat mendapat transfusi darah
  • Gejala pada daerah endemis biasanya lebih ringan dan tidak klasik karena timbulnya antibodi, sedangkan pada non endemis lebih klasik/khas dan cenderung menjadi berat.

2. Pemeriksaan fisik

  • Demam dengan suhu lebih 37,5 - 40º C
  • Konjungtiva palpebra bisa ditemukan anemis
  • Splenomegali. Pada daerah endemis splenomegali lebih sering dan berderajat besar khususnya anak-anak
  • Hepatomegali
  • Gejala-gejala komplikasi seperti gangguan kesadaran, ikterik, dll.
  • Adanya riwayat demam, anemia dan splenomegali dapat mengarahkan pada diagnosis malaria.

Diagnosis malaria secara laboratoris

1. Pemeriksaan darah tepi (tetes tebal dan hapusan tipis)

Pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis penting untuk diagnosis, untuk menentukan jenis parasit dan nilai ambang parasit / kepadatan parasit. Pada preparat hapusan tipis lebih diutamakan untuk melihat jenis spesiesnya dan untuk melakukan hitung parasit berdasarkan jumlah eritrosit.

2. Tes diagnostik cepat

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen-antigen dari parasit malaria, dengan menggunakan metode imunokromatografi dalam bentuk dipstik atau carik.

a. Antigen HRP-2 yang diproduksi dari trofozoit dan gametosit muda dari plasmodium falciparum

b. Antigen enzim paracite Lactate Dehidrogenase (p-LDH) yang diproduksi oleh parasit bentuk aseksual atau seksual (gametosit) dari 4 spesies.

c. Mendeteksi antigen HRP-2 dari plasmodium falciparum dan antigen “pan-malarial” dari 4 spesies plasmodium

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penyakit malaria antara lain :

1. Tindakan umum atau tindakan perawatan

· Pertahankan fungsi vital

· Hindarkan trauma

· Monitoring temperatur, nadi, tensi, dan respirasi tiap ½ jam

· Cegah hiperpireksi

· Pemberian cairan

· Perhatikan diuresis dan defekasinya

· Diet cukup kalori, karbohidrat dan garam

2. Pemberian obat antimalaria

· Derivat Artemisinin (Artesunate, Artemeter)

· Non ACT (Klorokuin difosfat/sulfat, Sulfadoksin-pirimetamin, kina sulfat, Primakuin)

3. Pemberian cairan atau nutrisi

Maintenance cairan dihitung berdasarkan berat badan dan derajat dehidrasi. Berdasarkan derajat dehidrasinya :

· Dehidrasi ringan ditambah 10 %

· Dehidrasi sedang ditambah 20 %

· Dehidrasi berat ditambah 30 %

4. Penanganan terhadap gangguan fungsi organ yang mengalami komplikasi

· Malaria serebral

Dapat menyebabkan kejang sehingga penanganannya yaitu pemberian diazepam, paradelhid, klormetiazon,

Fenitoin, fenobarbital

· Gagal ginjal akut

Pemberian infus NaCl, furosemid, dopamin

· Malaria biliosa

Pemberian vit.K i.v selama 3 hari

· Hipoglikemi

Periksa gila darah secara cepat dan kemudian pemberian infus dekstrose 40 %

· Edema paru

Monitoring dengan CVP line

· Anemi

Transfusi darah whole blood atau packed cell

· Sepsis

Pemberian sefalosporin generasi III seperti seftriakson

H. KOMPLIKASI

· Malaria serebral

· Gagal ginjal akut

· Kelainan hati (Malaria Biliosa)

· Hipoglikemi

· Black Water Fever

· Malaria algid

· Kecenderungan perdarahan

· Edema paru

· Manifestasi gastrointestinal

· Hiponatremia

· Gangguan metabolik lainnya seperti asidosis metabolik

berbagai sumber

Read More..

Tata Laksana Demam Tifoid Karier

tifoid - Gambar Google_1249412597901 Berikut ini kami informasikan penatalaksanaan demam tifoid karier terkait dengan produk Amoxicillin dimana terlebih dahulu kami bahas mengenai definisi dari demam tifoid karier.
Kasus demam tifoid sangat dikenal di masyarakat awam namun kebanyakan salah kaprah, mereka lebih mengenal istilah ”gejala tifus” atau ”tipes”. Yang dimaksudkan ”gejala tifus” menurut pandangan orang awam yaitu bila belum sampai sakit tifus betulan. Pengetahuan mereka sangat terbatas dan masih rancu terhadap masalah demam tifoid, apalagi istilah tifoid karier.
Kasus demam tifoid karier merupakan faktor risiko terjadinya outbreak demam tifoid. Sanitasi lingkungan dan sosial ekonomi rendah semakin mempersulit usaha penanggulangannya. Salah satu faktor inilah yang sangat ditakuti wisatawan negara kaya terhadap daerah wisata di daerah negara berkembang termasuk Indonesia, lebih dari 50% kasus tifoid di Amerika Serikat berasal dari warga yang baru berkunjung ke daerah endemik.
Epidemiologi, Insidensi, dan Faktor Risiko Terjadinya Karier
Angka kejadian demam tifoid di Indonesia sebesar 1000/ 100.000 populasi per tahun, insidensi rata-rata 62% di Asia dan 35% di Afrika dengan mortalitas rendah 2-5% dan sekitar 3% menjadi kasus karier. Di antara demam tifoid yang sembuh klinis, pada 20% di antaranya masih ditemukan kuman S.typi setelah 2 bulan dan 10% masih ditemukan pada bulan ke 3 serta 3% masih ditemukan setelah satu tahun. Kasus karier meningkat seiring peningkatan umur dan adanya penyakit kandung empedu. Mathai E, dkk (1995) melaporkan bahwa 18 pasien dengan S.typhi bakteriuria ditemukan 14 kasus dengan infeksi traktus urinarius akibat S.typhi, 3 kasus dengan batu ginjal, satu kasus hipertrofi prostat dan satu kasus tuberkulosis traktus urinarius.
Definisi dan Manifestasi Tifoid Karier
Definisi pengidap tifoid (karier) adalah seseorang yang kotorannya (feses atau urin) mengandung S.typhi setelah satu tahun pasca-demam tifoid, tanpa disertai gejala klinis. Kasus tifoid di mana kumam S. typhi masih dapat ditemukan di feses atau urin selama 2-3 bulan disebut karier pasca-penyembuhan. Tifoid karier tidak menimbulkan gejala klinis (asimtomatik) dan 25% kasus menyangkal adanya riwayat sakit demam tifoid akut. Pada beberapa penelitian dilaporkan pada tifoid karier sering disertai infeksi kronik traktus urinarius serta terdapat peningkatan risiko terjadinya karsinoma kandung empedu, karsinoma kolorektal, karsinoma pankreas, karsinoma paru, dan keganasan di bagian organ atau jaringan lain.
Proses patofisiologis dan patogenesis kasus tifoid karier belum jelas. Mekanisme pertahanan tubuh terhadap Salmonella typi belum jelas. Imunitas selular diduga punya peran sangat penting. Hal ini dibuktikan bahwa pada penderita sickle cell disease dan sistemic lupus eritematosus (LES) maupun penderita AIDS bila terinfeksi Salmonella maka akan terjadi bakteremia yang berat. 
Penatalaksanaan
Terapi Antibiotik pada Kasus Demam Tifoid Karier
Tanpa disertai kasus kolelitiasis
Pilihan regimen terapi selama 3 bulan
1. Ampisilin 100 mg/kgBB/hari + probenesid 30 mg/kg BB/hari
2. Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari + probenesid 30 mg/kg BB/hari
3. Trimetoprim-sulfametoksazol 2 tablet/2 kali/hari
Disertai kasus kolelitiasis
Kolesistektomi + regimen tersebut di atas selama 28 hari, kesembuhan 80%
atau kolesistektomi + salah satu regimen terapi di bawah ini
1 . Siprofloksasin 750 mg/2 kali/hari
2.. Norfloksasin 400 mg/2 kali/hari
Disertai infeksi Schistosoma haematobium pada traktus urinarius
Pengobatan pada kasus ini harus dilakukan eradikasi S. Haematobium
1. Prazikuantel 40 mg/kgBB dosis tunggal, atau
2. Metrifonat 7,5-10 mg/kgBB bila perlu diberikan 3 dosis, interval 2 minggu. Setelah eradikasi S. haematobium tersebut baru diberikan rejimen terapi untuk tifoid karier seperti di atas.

sumber Kalbe

Read More..

Bagaimana Tanda Anak Bergizi Baik

Kalbe Medical Portal_1248936938267 PDGMI (Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia) sedang mensosialisasikan 10 pesan pada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai gizi. Kesepuluh gizi tersebut antara lain:
1. Bertambah umur, bertambah berat, bertambah tinggi.
Berdasarkan ukuran antropometri, pertumbuhan usia, berat dan tinggi anak yang sehat terkait dengan kecukupan asupan makronutrein, kalsium, magnesium, fosfor, vitamin D, yodium dan seng.
2. Postur tubuh tegap dan otot padat.
Pertumbuhan dan perkembangan rangka tubuh serta otot, dikaitkan dengan kecukupan asupan makronutrein, kalsium, magnesium, fosfor, vitamin D, yodium dan seng.
3. Rambut Berkilau dan Kuat.
Anak yang sehat mempunyai rambut berkilau dan kuat, terkait dengan kecukupan asupan makronutrien, seng, vitamin C, dan vitamin E.
4. Kulit dan kuku bersih serta tidak pucat.
Kulit lembab dan tidak bersisik, terkait dengan kecukupan asupan vitamin A, C, dan E. Kuku berkilau dan kemerahan dikaitkan dengan kecukupan asupan zat besi, vitamin C dan E, kalsium, magnesium, fosfor, dan seng.
5. Wajah ceria, mata bening dan bibir segar.
Kejiwaan anak ditandai dengan sifatnya yang ceria, aktif berkomunikasi dan mudah berteman. Sikap ini terkait dengan kecukupan asupan baik makro dan mikronutrein. Wajah anak yang ceria dan kulit wajah yang lembut, terkait dengan kecukupan asupan vitamin C dan E. Mata anak yang jernih bersinar dan kemampuan melihat dengan baik, sangat terkait dengan kecukupan asupan vitamin A dan vitamin C. Bibir yang lembab dan segar, tergantung dengan kecukupan vitamin E dan zat besi.
6. Gigi bersih dan gusi merah muda.
Gigi anak yang utuh berkilat, gusi merah muda berkilat dan lidah bersih, tergantung pada kecukupan asupan niasin, asam folat, riboflavin dan vitamin B12.
7. Nafsu makan baik dan buang air besar teratur.
Diharapkan dengan kecukupan asupan zat gizi dan serat dari makanan, BAB si kecil menjadi lancar dan nafsu makan baik.
8. Bergerak aktif dan berbicara lancar sesuai umur.
Motorik anak yang sehat, adalah yang dapat bergerak aktif, lincah bermain dan berbicara lancar sesuai usia. Ini dikaitkan dengan kecukupan asupan makronutrien, zat besi, seng, vitamin B dan yodium.
9. Penuh perhatian dan bereaksi aktif.
Seorang anak yang cerdas, mampu bersikap penuh perhatian, rasa ingin tahu, bereaksi aktif dan berprestasi. Semua terkait dengan kecukupan asupan makro dan mikronutrein terutama yodium, zat besi, seng, asam lemak omega-3 dan omega-6.
10. Tidur yang nyenyak.
Dengan berpedoman pada pola makan 4 sehat 5 sempurna, kebutuhan zat gizi dan serat anak akan tercukupi sehingga tidurnya nyenyak. sumber Kalbe

Read More..

Penatalaksanaan Influenza A H1N1

KALBE FARMA MEDICAL PORTAL_1248815822001Menambahkan beberapa informasi berkaitan dengan influenza A H1N1, berikut kami informasikan penatalaksanaannya :
Pencegahan & Pengobatan
Rekomendasi WHO & CDC :

  • Golongan adamantane : amantadine, remantadine.
  • Golongan penghambat neuraminidase influenza :

oseltamivir, zanamivir. (Saat ini yang ada di Indonesia adalah Oseltamivir)
Virus influenza A (H1N1) yang ditemukan di AS :

  • Sensitif terhadap oseltamivir & zanamivir.
  • Resisten terhadap amantadine & remantadine.

    Harus diberikan dalam waktu 48 jam setelah gejala flu pertama kali ditemukan
    Pencegahan & Pengobatan Bagi yang Terpapar Influenza A H1N1 (WHO & CDC)
    1. Oseltamivir 1 x 75 mg/hari selama 5 atau 10 hari
    2. Terapi simptomatik : paracetamol, obat flu, obat batuk, dsb.
    3. Terapi supportif : vitamin C, imunomodulator
    4. Antibiotika kalau perlu.

    Dosis Antiviral pada influenza A H1N1

    Umur/kelompok Pengobatan Profilaksis
    Oseltamivir
    Dewasa

    75 mg 2x/hari untuk 5 hari

    75 mg 1x/hari untuk 10 hari

    Anak 12 bulan atau lebih

    15 kg

    60mg/hari terbagi 2 dosis

    30mg 1x/hari

    15-23 kg

    90mg/hari terbagi 2 dosis

    30mg 1x/hari

    24-40 kg

    120mg/hari terbagi 2 dosis

    60mg 1x/hari

    > 40 kg

    Zanamivir
    Dewasa

    2x5mg inhalasi (10mg total) 2x/hari

    2x5mg inhalasi (10mg total) 1x/hari

    anak

    2x5 mg inhalasi (10mg total 2x/hari (umur 7 tahun atau lebih)

    2x5mg inhalasi (10mg total) 1x/hari (umur 5 tahun atau lebih)

    Dosis pengobatan antiviral oseltamivir untuk bayi di bawah 1 tahun

    UMUR

    Dosis pengobatan direkomendasikan untuk 5 hari

    < 3 bulan

    12 mg (2x sehari)

    3-5 bulan

    20 mg (2x sehari)

    6-11 bulan

    25 mg (2x sehari)

    Dosis profilaksis antiviral oseltamivir untuk bayi di bawah 1 tahun

    UMUR

    Dosis profilaksis direkomendasikan untuk 10 hari

    < 3 bulan

    Tidak direkomendasikan jika situasi tidak kritis karena data terbatas pada kelompok umur ini

    3-5 bulan

    20mg (1x sehari)

    6-11 bulan

    25 mg (1x sehari)

    Pencegahan

    • Cuci tangan (paling penting) :
      • Air dan sabun selama 40-60 detik.
      • Jel antiseptik untuk mencuci tangan yang mengandung alkohol.
    • Jaga kondisi badan/kesehatan :
      • Cukup istirahat.
      • Cukup minum.
    • Makan makanan bergizi.
    • Hindari kontak dengan penderita flu.
    • Hindari tempat ramai.
    • Gunakan masker jika perlu
    • Makan daging yang telah dimasak dengan matang (≥ 70ºC)

    Referensi:

    1. Priyanti Z Soepandi. Diagnosis dan penatalaksanaan influenza A H1N1 baru. Makalah simposium Latest Update on A New Influenza Viral H1N1 (Swine Flu/Blu Babi) Mei 2009.
    2. CDC (Centers for disease control and prevention). Interim guidance on antiviral recommendations for patients with novel influenza A (H1N1) virus infection and their close contacts. 2009.

Read More..

Kelebihan Berat Badan Mempercepatan Osteoartritis

OAkneeJointSmall Jika takut diabetes dan penyakit jantung belum cukup menjadi alasan untuk menjadi ramping, berikut alasan lain : para peneliti melaporkan bahwa kelebihan berat badan dan obes dapat menyebabkan pengeroposan tulang rawan di lutut, menuju ke osteoartritis. Laporan ini diterbitkan pada jurnal Radiology edisi Agustus 2009. Osteoartritis biasanya berlangsung lambat, tetapi beberapa pasien mengalami kemajuan yang lebih cepat. Ini adalah studi pertama kalinya untuk mengaitkan kegemukan dengan perkembangan cepat dari penyakit dan hilangnya tulang rawan.

Para peneliti merekrut 336 pasien dari sebuah studi besar osteoartritis. Semua partisipan kegemukan dan berisiko osteoartritis, tetapi harus minimal atau tidak hilangnya tulang rawan pada mereka berlutut, kata para peneliti, yang dipimpin oleh Dr Frank W. Roemer, seorang profesor di Boston University dan direktur kuantitatif imaging pusat di Department of Radiology di Boston University School of Medicine. Studi ini menemukan bahwa selama 30 tahun tindak lanjut, 20,2 persen dari pasien menunjukkan kehilangan tulang rawan lutut yang lambat dan 5,8 persen cepat telah kehilangan tulang muda. Faktor risiko utama kehilangan tulang muda adalah kerusakan awal tulang rawan yang ada, kegemukan atau obes, robekan atau cedera pada tulang rawan di lutut (meniscus), dan luka parah seperti terlihat pada MRI. Faktor-faktor lain termasuk radang pada selaput sendi dan pembentukan cairan abnormal pada sendi. Tim Roemer menemukan bahwa Kegemukan telah dikaitkan kehilangan tulang rawan dengan cepat. Bahkan, untuk setiap satu unit peningkatan indeks massa tubuh, kemungkinan kehilangan tulang rawan yang cepat meningkat 11 persen. Kaitan antara kegemukan dan cepatnya kehilangan tulang rawan bersifat menetap, bahkan setelah mempertimbangkan usia, jenis kelamin dan latar belakang etnis. "Ini merupakan penyakit tanpa pengobatan pada saat ini selain merupakan gejala, yang berupa pengobatan nyeri dan bedah penggantian sendi total," ujar Roemer. "Kami mengetahui bahwa penurunan berat badan kemungkinan adalah faktor paling penting untuk memperlambat perkembangan penyakit," ujar Roemer. "Tambahan studi harus menunjukkan apakah langkah-langkah lainnya, seperti vitamin atau pengobatan ditarget pada sumsum tulang, akan membantu untuk memperlambat kemajuan," katanya. "Osteoartritis adalah gangguan tulang otot yang paling umum dengan dampak kesehtan dan sosial ekonomi besar di dalam masyarakat yang mengalami penuaan," tambah Roemer. Dr Sean Scully, seorang profesor ortopedi di University of Miami Miller School of Medicine di Florida, sepakat bahwa bahaya pengembangan osteoartritis adalah alasan lain untuk mengendalikan berat badan. "Jangan biarkan diri anda bertambah berat," kata Scully. "Studi ini menunjukkan korelasi langsung orang-orang yang berat adalah orang-orang yang mengalami penyakit lebih parah," katanya. Tetap menjaga berat badan rendah Anda melalui diet dan olah raga atau bedah penurun berat, dapat mencegah perlunya operasi penggantian lutut, katanya. sumber Kalbe Read More..

Masturbasi Sangat Disarankan untuk Wanita

imagesPria seringkali saling meledek soal aktivitas seksual yang dilakukan sendiri ini, namun jika mau jujur, sebenarnya mereka amat terbantu dengan kemampuan ber"swalayan" ini. Sedangkan di kalangan wanita, masturbasi boleh dibilang amat jarang menjadi bahan perbincangan. Selain belum dapat dikatakan sebagai aktivitas yang lazim dilakukan, masturbasi seolah juga masih tabu dibicarakan di kalangan wanita. Padahal, masturbasi memberikan manfaat yang sama besarnya bagi wanita.
Tidak heran, para sex therapist pun tidak berhenti mengadakan penelitian mengenai aktivitas ini. Mereka merekomendasikan masturbasi untuk wanita yang mengalami kesulitan mencapai orgasme, karena membantu mereka mengenali tubuh dan apa yang menyenangkan bagi mereka. Masturbasi pada wanita dapat memberikan manfaat bagi kesehatan maupun hubungan wanita dengan pasangannya. Apa saja manfaat tersebut?
1. Wanita dapat mencapai orgasme dengan masturbasi.
Menurut dr. Ferryal Loetan, ASC&T, SpRM, MKes-MMR (F), konsultan seksologi dan spesialis rehabilitasi medik dari RS Harapan Bunda, Jakarta, seperti dikutip tabloid Nakita, normal saja jika wanita dapat mencapai orgasme dengan masturbasi. Sama halnya dengan pria yang bisa mendapatkan orgasmenya dengan masturbasi. Hanya saja pada wanita bisa dibedakan, ada orgasme yang terjadi akibat rangsangan klitoris, ada juga yang akibat rangsangan pada G-spot.
Namun jika ingin mendapatkan orgasme ketika sedang berhubungan seks, lebih baik mencoba posisi yang lebih memusatkan rangsangan pada klitoris atau disebut CAT (Coital Alignment Technique) seperti posisi doggy style. Saat melakukan hubungan seksual wanita bisa mendapatkan orgasme dari rangsangan ke klitoris dan juga ke G-spot. Orgasme karena rangsangan ke klitoris namanya orgasme klitoral, sedangkan yang ke G-spot disebut orgasme vaginal. Kalau bisa keduanya dilakukan berbarengan akan lebih asyik lagi bagi wanita. Karena orgasmenya menjadi dobel (berkali lipat). Untuk ini banyak teknik yang bisa dilakukan, yang intinya bisa mengenai kedua tempat tersebut secara bersamaan. Caranya, dengan melatih ketrampilan bersama.
2. Orgasme lebih cepat didapatkan saat masturbasi.
Menurut dr. Ferryal, orgasme yang diperoleh saat masturbasi bisa lebih cepat daripada yang diperoleh saat berhubungan intim dengan pasangan. Sebab pada dasarnya wanita memang butuh waktu yang lebih lama dibandingkan pria untuk bisa mencapai keadaan "panas". Perlu dipahami, dengan masturbasi rangsangan biasanya langsung tertuju ke daerah alat kelamin dan tempat-tempat tertentu, sehingga memudahkan terjadinya orgasme.
3. Masturbasi pada wanita dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Menurut penelitian, kebanyakan wanita pernah bermasturbasi setidaknya sekali dalam hidup mereka. Frekuensi dan usia saat melakukannya bervariasi, tidak ada patokan normal mengenai hal tersebut. Banyak wanita merasa bersalah saat melakukan masturbasi, khususnya ketika mereka sebenarnya sudah berpasangan. Namun menurut sex therapist, wanita tak perlu merasa bersalah. Sebab pasangan bisa saja sedang lelah, sedang ke luar kota, pokoknya sedang enggak "available". Jadi, jika kita memang sedang "ingin", masturbasi bisa jadi jalan keluarnya.
Masturbasi juga bisa dilakukan dengan metode apa saja. "Cara apa pun bisa dianggap normal," jelas Paul Joannides, PsyD, seorang psychoanalyst di Waldport, Ore.
Dari survei diketahui, jari tangan dan vibrator adalah dua metode yang umum digunakan dalam masturbasi wanita. Lebih dari separuh dari 2.056 wanita, berusia 18-60 tahun, menggunakan vibrator baik saat bermasturbasi maupun intercourse, demikian menurut Debby Herbenick, PhD, MPH, associate director dari Center for Sexual Health Promotion di Indiana University, Bloomington, yang memimpin survei tersebut. Sebanyak 30 persen dari wanita yang disurvei menyatakan pernah memakai vibrator.
Beberapa ahli sebenarnya mengkhawatirkan efek samping dari penggunaan vibrator, seperti sakit atau mati rasa pada alat kelamin. Sedangkan Frank Sommers, MD, seorang psikiater di Toronto, mengatakan bahwa penggunaan vibrator yang terlalu sering saat masturbasi akan mengurangi kemampuan wanita mencapai orgasme dengan pasangan. Menurutnya, penggunaan vibrator berlebihan dapat membiasakan sistem saraf otonomik pada suatu stimulasi yang tak dapat dilakukan oleh manusia.
4. Masturbasi dapat memperbaiki mood, tanpa kewajiban melakukan seks berpasangan.
"Masturbasi dapat memperbaiki mood yang turun," tegas Kathleen Segraves, PhD, sex therapist dan guru besar tamu bidang psikiatri di Case Western Reserve University. "Dengan solo sex, perhatian tidak akan teralih, dan Anda bisa fokus pada pengalaman Anda sendiri tanpa perlu memastikan pasangan juga menikmati atau tidak," tambahnya. Hal ini tidak perlu diartikan Anda tidak mempedulikan pasangan, namun bahwa sekali-sekali Anda juga boleh kok memikirkan diri sendiri, begitu kata para pakar.
5. Masturbasi dapat memperbaiki kehidupan seks bersama pasangan.
Wanita yang bermasturbasi secara rutin dapat mempelajari apa yang menyenangkan untuk mereka, kata Segraves. "Hal itu dapat membantu kepercayaan diri secara seksual, dan membantu membimbing pasangan jika Anda memiliki pasangan," jelasnya. Sebagai contoh, Anda bisa mengatakan pada pasangan, "Taruh tanganmu di sini," tanpa merasa malu, kata Segraves.
Sedangkan Herbenick menambahkan, wanita yang menggunakan vibrator selama masturbasi cenderung memiliki fungsi seksual yang lebih baik bersama pasangan. Ia mendapati bahwa wanita yang menggunakan vibrator mendapatkan fungsi seksual yang lebih baik dalam hal pelumasan vagina, hasrat, bangkitnya gairah, dan kemudahan orgasme, dan mereka cenderung tidak mengalami sakit atau ketidaknyamanan yang didapat saat intercourse.
6. Masturbasi membantu Anda rileks.
Saat menghadapi hari yang menyebalkan, wanita sering terpengaruh, dan berpikir, "Bagaimana ya, harus memperbaikinya?" Menurut para peneliti, dibandingkan pria, wanita lebih mungkin mengingat-ingat perdebatan atau hubungan yang buruk dengan orang lain. Hal inilah yang menyebabkan stres. Jika Anda bisa mulai menyenangkan diri sendiri, Anda dapat meredakan stres yang diakibatkan oleh pikiran-pikiran semacam itu. Memang tidak selamanya dapat mengatasi, namun setidaknya dapat membantu, demikian menurut Segraves.
7. Masturbasi dapat mengurangi nyeri saat haid.
Kebiasaan bermasturbasi dilaporkan dapat membantu mengurangi kram perut saat menstruasi, dan memperbaiki gejala PMS lain seperti rasa mudah marah atau mudah tersinggung. Masturbasi yang berlanjut hingga orgasme bahkan dapat membantu mengurangi migrain. Meskipun orgasme kadang-kadang ditemukan sebagai pemicu migrain, namun aktivitas tersebut juga dapat menguranginya, demikian menurut beberapa penelitian. Para ilmuwan berspekulasi bahwa beberapa faktor yang dikaitkan dengan orgasme (sendiri atau bersama pasangan) dapat menyembunyikan rasa sakit, atau proses migrain.

 

S umber Kompas

Read More..